This website uses cookies to ensure you get the best experience on our website.
Mungkin ini yang anda cari
+628117764777
Jl. Raja Alikelana
Selamat datang di website kami rajasitempang.pardomuansitanggang.com - Sharing kegiatan wasekjen - Berbagi Informasi Tentang update Punguan Pomparan Raja Sitempang
TAROMBO RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAI AMBATON

Memahami Bersama

TAROMBO 

RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAI AMBATON

Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk, Sidauruk

PENGUMPULAN bahan untuk mencetak, menerbitkan menjadi buku TAROMBO RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAI AMBATON, berdasarkan fakta dan data yang ada disepakati Natua-tua yang mewakili Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk, Sidauruk karena di rasa perlu dan mendesak sebagai suatu kebutuhan.

Sebagai kebutuhan dan keharusan, karena kondisi yang menuntut, maka tidak ada unsur komersial, kepentingan perorangan apalagi pencitraan pribadi atau kelompok, akan tetapi kebutuhan seluruh Pomparan Raja Sitempang yaitu Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk, Sidauruk.

Jadi buku Tarombo Raja Sitempang Anak Raja Nai Ambaton yang diterbitkan tahun 2020 tersebut, disarikan dan dihimpun serta di rangkum dari buku-buku yang telah ada sebagaimana tercantum di halaman 250, salah satu daripadanya adalah buku Tulisan Marcius Albert Sitanggang Jakarta, Maret 2001, artinya 20 tahun lalu.

Berdasarkan fakta dan data yang diperbandingkan dan dipersandingkan satu dengan yang lain, maka Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton yaitu Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk, Sidauruk adalah sebagai berikut:

TAROMBO

RAJA SITEMPANG

ANAK NI RAJA NAI AMBATON

I. RAJA BATAK, anakna dua: 

1. Guru Tatea Bulan 

2. Raja Isumbaon 

II. RAJA ISUMBAON, anakna tolu: 

1. Raja Sorimangaraja 

2. Raja Asi-Asi 

3. Sangkar So Malindang 

III. RAJA  SORIMANGARAJA, anakna tolu: 

1. Sorba Dijulu 

2. Sorba Dijae 

3. Sorba Dibanua 

IV. SORBA DIJULU (RAJA NAI AMBATON) DATU SINDAR MATANIARI anakna dua:

1. Raja Sitempang

2. Raja Nabolon

V. RAJA SITEMPANG, anakna dua:

1. Raja Hatorusan

2. Raja Natanggang (Raja Pangururan)

VI. RAJA NATANGGANG (RAJA PANGURURAN),  anakna tolu:

1. Raja Panukkunan (Tanjabau)

2. Raja Pangadatan

3. Raja Pangulu Oloan (Sigalingging)

VII. VI.1.  RAJA PANUKKUNAN (TANJA BAU) SITANGGANG BAU, anakna dua:

1. Raja Sitempang I

2. Raja Tinita

VI. 2. RAJA PANGADATAN, anakna tolu:

1. Raja Lipan (SITANGGANG LIPAN)

2. Raja Upar (SITANGGANG UPAR)

3. Raja Silo (SITANGGANG SILO)


VI. 3. RAJA PANGULU OLOAN (SIGALINGGING), anakna tolu:

1. Guru Mangarissan (Sigorak)

2. Raja Tinatea (Sitambolang)

3. Namora Pangujian (Parhaliang)


VIII. VII.1.  RAJA SITEMPANG, anakna dua:

1. Raja Sitempang 

2. RAJA SITANGGANG GUSAR

VII.2.1. RAJA LIPAN (SITANGGANG LIPAN), anakna tolu:

1. Ompu Marigom,

2. Ompu Raja Buhit

3. Raja Pangadatan

VII.2. 2.RAJA UPAR (SITANGGANG UPAR), anakna tolu:

1. Ompu Lindi

2. Ompu Harungguan

3. Ompu Dihuta

VIII.2. 3. RAJA SILO (SITANGGANG SILO) anakna tolu:

1. Mangilang Bosi (SITANGGANG SILO)

2. Sitabi Dalan (RAJA SIMANIHURUK)

3. Salassap Bosi (RAJA SIDAURUK).

IX. VI.3.1. Guru Mangarissan (Sigorak) anakna tolu: 

1. Ompu Limbong

2. Ompu Bonar

3. Mpu Bada

VI.3.2. Raja Tinatea (Sitambolang) anakna tolu:

1. Guru Sinalsal

2. Datu Ronggur

3. Guru Solaosan

VI.3.3. Namora Pangujian (Parhaliang) anakna sada:

              Ompu Ni Aji.

X. IX.VI. 3.1.3. Mpu Bada anakna onom:

1. TENDANG

2. BANUREA

3. MANIK

4. BERINGIN

5. GAJAH

6. BERASA.

Ranji Tarombo ini dibuat oleh Ir. Surung Sitanggang

Disarikan dari: 

1. Buku: Sejarah Dan Tarombo Raja Sitanggang, Oleh:  Marcius Albert Sitanggang MBA, Jakarta Maret 2001.

2. Buku: Raja Sitempang, Oleh: Kosmen Sitanggang SPd, Medan, 28 April 2007.

3. Buku: Tarombo Raja Sitempang, Oleh: Raja Napogos  J.P. Sitanggang, Medan, 17 April 2011.

4. Hasil Seminar Sehari: Tarombo Raja Sitanggang, Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna (Purasitabor) Kota Medan, 2007.

5. Hasil Panitia Tarombo Raja Sigalingging: Tarombo Pomparan Raja Sigalingging, Jakarta 2002, Ranji Tarombo dari Dr. Edward Sigalingging.

6. Tarombo Raja Manihuruk, diterima via WA 241 halaman dari Ir. Jonli S. Manihuruk, 21 Agustus 2019. 

7. Tarombo Raja Sidauruk (berupa ranji Tarombo), diterima via WA dari Herryadi Sidauruk SH, 26 Agustus 2019.

8. Khusus butir V.2 (Raja Nabolon) sumber RAKERNAS PPI  di Batam 2018.

9. Tarombo Raja Batak tulisan Nahum Sidabutar, Tomok, 16 Juni 1976 yang diperoleh dari St. Domu Sidabutar.

10. Tarombo Nahoda Raja Simbolon Tuan Si Onom Hudon yang dipresentasikan pada tanggal 8 Maret 2020 oleh Juru Bicara Si Onom Hudon Raja Oloan Tumanggor dan diperoleh dari Dr. Martuama Saragi, M.M. dan Christian Sidabutar S.Psi, M.M.

Raja Sitempang tidak sama dengan Munte.

Mengapa mem-BUKU-kan Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton suatu keharusan dan kebutuhan, ada alasannya. Belakangan ini, di perantauan banyak mengutip buku WM Hutagalung: PUSTAHA BATAK, TAROMBO dohot TURITURIAN NI Bangso Batak., dan juga diikuti para penulis lain dan bahkan kitapun terlena, sering mengikuti karena tidak ada hitam di atas putih sebagai pegangan.

Dalam buku tersebut bahwa Anak Nai Ambaton disebutkan ada enam: Simbolon; Munte (Raja Sitempang); Tambatua; Saragitua, Sianahampun; dan Haro (Karomunte).

Catatan: 

1. Anak ni Nai Ambaton belum ada marganya, terbukti masih Tambatua dan Saragitua, artinya Simbolon dan Munte serta Haro belum ada pada saat itu, sama seperti marga-marga lain. Demikian juga anak dari Nati Rasaon dan Nai Suanon.

2. Dalam uraian selanjutnya Tidak dijelaskan Munte itu sama dengan Raja Sitempang. Dan di Samosir tidak dikenal Munte dan tidak memiliki peninggalan baik keturunan maupun golat sebagai bukti hak atas tanah.

3. Munte dalam Rapat Parna mengakui bahwa Munte adalah keturunan Tambatua. Dan ada 2 (dua) tulisan dimuat dalam buku TAROMBO  tentang Munte/Munthe tidak menyinggung Raja Sitempang, Sitanggang Sigalingging, Simanihuruk, Sidauruk. Artinya tidak ada hubungan darah Munte dengan Raja Sitempang selain sama-sama Pomparan Raja Nai Ambaton. 

Jelasnya Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk dan Sidauruk adalah Keturunan RAJA SITEMPANG dan bukan serta tidak ada kaitan dengan Munte maupun Muntetua. 

Belakangan, buku WM Hutagalung tersebut disimpangi oleh beberapa penulis dan marga-marga Keturunan Raja Nai Ambaton sendiri yang menyatakan bahwa Anak Raja Nai Ambaton ada 5 (lima) yaitu Simbolontua, Tambatua, Saragitua, Muntetua dan Sianahampun (Nahampun), bahkan ada yang menyebut empat (4) dengan menyadakan Nahampun.

Dengan mengikuti buku Hutagalung sebagian yaitu Munte/Raja Sitempang, maka di dalam struktur Tarombo/Adat, Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk, Sidauruk sebagai Keturunan Raja Sitempang adalah anggi dalam Pomparan Raja Nai Ambaton jala jambarna adalah bagian Jambar Munte.

Untuk itulah maka penerbitan buku TAROMGO RAJA SITEMPANG disebut sebagai keharusan dan kebutuhan.

Raja Sitempang Anak Raja Nai Ambaton.

Anak Raja Nai Ambaton hanya dua yaitu: Raja Sitempang dan Raja Nabolon. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, antara lain buku Marcius Albert Sitanggang  tahun 2001 dan lain-lain, artinya ada bukti hitam di atas putih, tidak seperti yang lain baliga binaligahon barita binaritahon, kata orang tua-tua dan lain sebagainya, Punguan Pomparan Raja Sitempang (PAPORATA) sudah lama berdiri.

Selanjutnya, silahkan baca buku TAROMBO RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAI AMBATON.

Bukti lain bahwa Anak Raja Nai Ambaton hanya dua orang  didapat dalam Tarombo Raja Sidabutar yang disusun oleh Nahum Sidabutar tahun 1976, yaitu: Raja Sitempang dan Ompu Tuan Nabolon atau Tuan Sotempang dan Tuan Nabolon (Halaman 108) dan Tarombo Nahoda Raja Simbolon Tuan Si Onom Hudom menyebutkan Anak Raja Nai Ambaton (Raja Sumba) adalah Raja Bolon dan Raja TanjaBau.

Catatan: Anak pertama Raja Bolon dan anak kedua Raja TanjaBau, dan TanjaBau didentikkan dengan Raja Sitempang.

Jadi isi buku TAROMBO RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAI AMBATON, bukan mengada-ada, tetapi di dukung Tarombo ni Dongan Tubu, Nahoda Raja Simbolon Tuan Si Onom Hudon dan Tarombo TambaTua yaitu Tarombo Raja Sidabutar. 

Oleh karenanya Anak Raja Nai Ambaton hanya dua yaitu Raja Sitempang dan Raja Nabolon.Tidak empat, lima atau enam. 

SITANGGANG – SIMBOLON, IPAR IPAR NI PARTUBU

Generasi yang lahir di Bonapasogit, pasti paham “Sanggar do tolong baringin do jabi-jabi, Sitanggang dohot Simbolon namarhaha maranggi”. Dalam tradisi pengaturan Adat antara keduanya sebagai Raja Huta serta pembagian Jambar, selalu sama atau bergantian, misalnya kalau Sitanggang melakukan perhelatan pelaksananya adalah Simbolon dan begitu sebaliknya, dan kalau menerima Jambar, dipanggil keduanya Sitanggang-Simbolon dengan Jambar dipegang tangan kanan dan kiri serta tangan itu disilangkan dan sekaligus diserahkan. 

Kebiasaan itu berlangsung lama dinikmati dengan nyaman dan damai oleh Sitanggang dan Simbolon dan itulah yang disebut IPA-IPAR NI PARTUBU. 

Artinya tidak ada hak siapapun untuk mempertentangkan itu karena dikuatkan lagi dengan Tona ni Raja Nai Ambaton “si sada lulu anak si sada lulu boru, naso jadi masiolian keturunan Raja Nai Ambaton”.  

Kalau ada yang mau mengingkari itu, mari kita ingatkan supaya “Manat Mardongan Tubu, dan Pomparan Raja Sitempang jangan ikut-ikutan mengganggu tatanan yang sudah ada.

RAJA PANGURURAN.

Tidak banyak kepustakaan yang ditemukan tentang asal kata Pangururan dan kapan mulai digunakan. Dalam buku WM Hutagalung (hal 137) disebutkan: Ia Raja Isumbaon bungkas do sian Sianjurmula-mula tungkan habinsaran, ima di bona ni dolok Pusukbuhit. Dipungka ma disi hutana, namargoar Pangururan. Adong do barita na mandok, alana dirajumi Raja Isumbaon do ibana mangururi dung sirang sian natorasna, umbahen digoari hutana i Pangururan. (Raja Isumbaon pindah dari Sianjurmulamula ke arah timur di kaki gunung Pusukbuhit. Didirikanlah di situ kampungnya yang bernama Pangururan. Dikisahkan, karena merasa Raja Isumbaon mengalami kerugian setelah berpisah dari orangtuanya).

Jadi Raja Isumbaon lah yang mendirikan Pangururan sekarang, lalu diwariskan kepada anak sulungnya Raja Sorimangaraja. Diteruskan anak sulungnya juga Sorba Dijulu atau Raja Nai Ambaton dan dilanjutkan putra sulungnya juga Raja Sitempang dan diwarisi Anak keduanya Raja Natanggang (karena anak sulungnya Raja Hatorusan-tidak diketahui ke mana) dan Raja Natanggang lah kemudian yang sebagai Raja Pangururan.

Anak Raja Natanggng-Raja Pangururan-lah: Raja Panukkunan (Tanja Bau), Raja Pangadatan dan Raja Pangulu Oloan/Raja Sigalingging.

Di dalam perkembangannya, yang dikenal adalah para keturunan dari Raja Sitempang yaitu Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk dan Sidauruk. Oleh karenanyalah Tarombo Raja Sitempang ini hanya pada ke-empat marga tersebut, sementara penyebaran dan keturunannya mudah-mudahan tertata dengan sendirinya.  

Uraian di ataslah merupakan simpul dari buku TAROMBO RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAI AMBATON yang perlu kita pahami bersama, sebagai kewajiban untuk menghormati dan menghargai leluhur “songon Debata na niida”.

Dalam buku tersebut juga sedikit mengikuti cerita/mitos/legenda tentang asal usul orag Batak dan Si Raja Batak. Terserah kepada kita masing-masing apakah mempercayai orang Batak sebagai keturunan kaum khayangan si Boru Deak Parujar dan Si Raja Odap-odap. 

Namun Batara Sangti (Ompu Buntilan Simanjuntak) menuliskan bahwa orang Batak itu adalah yang mengisolasikan diri, artinya sudah berkelompok dan punya peradaban mengisolasikan diri ke Sianjurmulamula. Dari mana dan kapan masih membutuhkan penelitian dan pengkajian.

Lain lagi buku Dr. Ir. Bisuk Siahaan, bangsa Batak, etnik Batak, puak Batak, orang Batak, Suku Batak apa pun sebutannya, berasal dari Afrika sesuai hasil penelitian DNA.

Dengan kata lain, bahwa kami Tim penulisan buku TAROMBO RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAI AMBATON, hanyalah merangkum dan mengumpulkan bahan-bahan tertulis yang ada, dan kami bukan mengarang tapi melanjutkan yang ada. Oleh karenanya bila ada yang kurang pas dan semacamnya, adalah tugas berikutnya untuk memperbaiki.

Demikian disampaikan sebagai bahan untuk digunakan dalam memahami bersama (sosialisasi) Tarombo RAJA SITEMPANG ANAK RAJA NAI AMBATON yang telah dibukukan, selanjutnya dapat diperdalam dengan membacanya.

Parapat, Sabtu, 17 Aprl 2021.

Salam hormat, Tuhan memberkati. Atas nama Tim.

Bachtiar Sitanggang, SH.

WhatsApp Image 2023-06-28 at 04.04.30